This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Wednesday 7 December 2016

Sejarah dan Asal Usul Suku Lingon Bermata Biru Asal Halmahera

Manusia bermata Biru sering kita lihat di negara-negara Eropa, namun ternyata suku bermata biru juga terdapat di indonesia? Yang tepatnya di suku pedalaman Halmahera. Suku tersebut disebut juga dengan suku Lingon. Dari warna matanya yang biru suku ini berbeda dengan suku suku bangsa yang ada di Indonesia.

Sejarah dan Asal Usul Suku Lingon Bermata Biru Asal Halmahera

Lingon adalah sebuah suku pedalaman yang mendiami Halmahera, Provinsi Maluku Utara, Indonesia yang dikenal karena memiliki ciri fisik ras Kaukasoid yakni berkulit putih, berrambut pirang, dan bermata biru, berbeda dengan suku-suku bangsa di Indonesia lainnya yang umumnya memiliki ciri fisik berkulit coklat, bermata coklat kehitaman dan berambut hitam.

Lantaran memiliki ciri fisik ala orang bule, maka nggak heran juga kalau orang-orang Lingon itu sangat cantik dan ganteng. Menurut cerita masyarakat, orang-orang Lingon memang seperti itu. Sayangnya, masyarakat Lingon sendiri seperti tidak menyadari kelebihannya itu. Menurut cerita lagi, katanya gara-gara kecantikan luar biasa gadis-gadis Lingon, mereka pernah diculik suku lain untuk dijadikan istri. Ada kabar yang mengatakan mereka sudah punah, tapi ada yang bilang juga suku Lingon sengaja menjauh agar tidak diusik.

Asal muasal

Tidak ada ceritanya orang ras Mongoloid bisa menghasilkan keturunan Kaukasoid, kecuali ada silang kawin di antara keduanya. Dengan berbekal teori ini maka dapat disimpulkan bahwa suku Lingon bukanlah orang-orang asli sini. Hal ini diperkuat dengan bukti-bukti cerita dari masyarakat sekitar yang secara tersirat seakan membenarkan hal tersebut.

Cerita muasal Lingon diawali dari karamnya sebuah kapal asal Eropa di sekitar Halmahera. Kemudian karena harus bertahan hidup, orang-orang kapal ini pun akhirnya menepi dan lama-kelamaan memasuki hutan. Lantaran susahnya akses dan lain sebagainya, mereka pun tak punya pilihan selain menetap dan akhirnya membentuk koloni sendiri yang disebut Lingon. Alasan kenapa mereka jadi primitif mungkin karena sudah terlalu lama tinggal di hutan. Pelan-pelan orang Lingon melupakan asal usulnya dan kemudian menyesuaikan diri.

Ciri Fisik

Suku Lingon bukanlah suku yang berasal dari ras weddoid, melanesia, polinesia, ataupun mongoloid seperti kebanyakan penduduk di Halmahera. Mereka termasuk dalam ras kaukasoid, sehingga tampilan fisik mereka lebih menyerupai orang Eropa seperti tubuh yang tinggi, kulit putih, rambut pirang, dan warna mata biru atau hijau.

Sampai saat ini, populasi suku Lingon masih belum diketahui keberadaannya. Dikatakan bahwa dahulu suku ini sering mendapatkan ancaman dari suku yang hidup di pesisir pantai, salah satunya adalah suku Togutil.

Orang dari suku Togutil kerap berusaha menculik gadis-gadis suku Lingon yang terkenal cantik dengan mata biru mereka. Beberapa suku setempat menganggap Suku Lingon berbahaya, lantaran dikenal memiliki ilmu sihir sehingga mereka juga kadang kala disegani.

Sumber referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Lingon

http://solo.tribunnews.com/2016/06/03/misteri-suku-lingon-suku-di-pedalaman-hutan-halmahera-yang-punya-ras-wanita-cantik-bermata-biru?page=4

Friday 2 December 2016

Sejarah dan Asal Usul Suku Rakhine Arakan Myanmar

Rakhine atau Arakan adalah salah satu kelompok etnis yang berada di Myanmar. Etnis ini adalah kelompok mayoritas di negara bagian Rakhine (sebelumnya negara bagian Arakan). Kemungkinan jumlah kelompok ini meliputi 5,53% dari jumlah penduduk Myanmar, namun hingga kini belum ada sensus yang akurat. Suku Rakhine juga tinggal di wilayah tenggara Bangladesh, terutama di Chittagong dan Barisal.


Sejarah dan Asal Usul Suku Rakhine Arakan Myanmar

Orang Rakhine memiliki banyak sebutan, sesuai di daerah mana mereka berada, yaitu: Arakenese, Magh, Maghi, Marma, Mash, Mogh, Morma, Mugg, Yakan dan Yakine.

Arti Kata Rakhine

Menurut Tawarikh Rakhine, Nama Rakhine ini berasal dari bahasa Pali dari kata "Rakhapura" berarti "tanah rakyat Raksasa (Raksasa/Rakha/Rakhine)", kata Rakhine berarti "seseorang yang memelihara ras sendiri."

Bahasa

Bahasa yang digunakan adalah bahasa Rakhine. Orang Rakhine bertutur dalam bahasa Arakan, yang merupakan bentuk kuno dari bahasa Burma. Pada umumnya saling dimengerti dengan standar Burma, namun tetap memiliki style Arakan suara / r /, yang menjadi suara / j / dalam bahasa Burma. Bahasa tertulis Arakan script, pada dasarnya sama dengan script standar Burma, script Rakhawunna utara Brahmi ditemukan dalam prasasti batu di era (Wethali) Vesali, sekarang tidak lagi digunakan.

Sistem kepercayaan

Kebanyakan orang Rakhine beragama Buddha Theravada. Mereka mengklaim sebagai salah satu dari kelompok pertama yang menjadi pengikut Buddha di Asia Tenggara. Budaya Rakhine mirip dengan budaya Burma, namun lebih banyak dipengaruhi oleh budaya India akibat isolasi geografisnya dari daratan utama Burma. Pengaruh India terasa dalam sastra, musik, dan makanan Rakhine.

Sejarah

Sekelompok keturunan Rakhine, tinggal di Jalur Bukit Chittagong Bangladesh sejak abad ke-16, dikenal sebagai orang Marma. Keturunan Rakhine menyebar sejauh utara negara Tripura di India, ketika Tripura diperintah oleh raja-raja Arakan. Di timur laut India, orang-orang Rakhine disebut sebagai orang Mog

Pada beberapa abad yang lalu di Bangladesh, orang Rakhine (Arakan) adalah bajak laut yang ditakuti di Teluk Benggala, mereka meneror masyarakat di sepanjang pantai laut dan jauh di saluran sungai yang sekarang Bangladesh. Saat itu mereka disebut maghs, atau bajak laut. Nama ini menjadi nama populer dari suku ini, mereka berasal dari wilayah Arakan di Burma.

Suku Rakhine terkait erat hubungan serumpun dengan suku Bamar, Marma dan Chakma.
Menurut kronik, kerajaan independen Rakhine pertama didirikan pada tahun 3325 SM oleh Raja Marayu. Nama kerajaan tersebut adalah Dhanyawadi, yang bermakna "diberkati oleh gandum yang melimpah." Buddhisme masuk pada masa hidupnya Gautama Buddha. Menurut kronik Rakhine, Buddha sendiri mengunjungi kota Dhanyawadi pada tahun 554 SM.

Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Etnis_Rakhine

http://protomalayans.blogspot.co.id/2012/05/suku-rakhine.html

Monday 21 November 2016

Sejarah dan Asal Usul Rohingya di Myanmar dan Permasalahannya

Sejarah dan Asal Usul Rohingya di Myanmar. Rohingya adalah sebuah kelompok etnis Indo-Arya dari Rakhine (juga dikenal sebagai Arakan, atau Rohang dalam bahasa Rohingya) di Burma. Rohingya adalah etno-linguistik yang berhubungan dengan bahasa bangsa Indo-Arya di India dan Bangladesh (yang berlawanan dengan mayoritas rakyat Burma yang Sino-Tibet). Mereka menggunakan bahasa rohingya untuk berbicara sehari-hari.

Sejarah dan Asal Usul Rohingya di Myanmar dan Permasalahannya

Sejarah Rohingnya di Myanmar

Menurut catatan sejarah, komunitas Muslim telah mendiami wilayah Arakan (nama kuno Rakhine) sejak masa pemerintahan seorang raja Buddhis bernama Narameikhla atau Min Saw Mun (1430–1434) di kerajaan Mrauk U. Setelah diasingkan selama 24 tahun di kesultanan Bengal, Narameikhla mendapatkan tahta di Arakan dengan bantuan dari Sultan Bengal saat itu. Kemudian ia membawa serta orang-orang Bengali untuk tinggal di Arakan dan membantu administrasi pemerintahannya demikianlah komunitas Muslim pertama terbentuk di wilayah itu.

Saat itu kerajaan Mrauk U berstatus sebagai kerajaan bawahan dari kesultanan Bengal sehingga Raja Narameikhla menggunakan gelar dalam bahasa Arab termasuk dalam nama-nama pejabat istananya dan memakai koin Bengal yang bertuliskan aksara Arab Persia pada satu sisinya dan aksara Burma pada sisi lainnya sebagai mata uangnya. Setelah berhasil melepaskan diri dari kesultanan Bengal, para raja keturunan Narameikhla tetap menggunakan gelar Arab tersebut dan menganggap diri mereka sebagai sultan serta berpakaian meniru sultan Mughal. Mereka tetap mempekerjakan orang-orang Muslim di istana dan walaupun beragama Buddha, berbagai kebiasaan Muslim dari Bengal tetap dipakai.

Pada abad ke-17 populasi Muslim meningkat karena mereka dipekerjakan dalam berbagai bidang kehidupan, tidak hanya dalam pemerintahan saja. Suku Kamein, salah satu etnis Muslim di Rakhine yang diakui pemerintah Myanmar saat ini, adalah keturunan orang-orang Muslim yang bermigrasi ke Arakan pada masa ini. Namun kerukunan dan keharmonisan ini tidak berlangsung lama. Pada tahun 1785 kerajaan Burma dari selatan menyerang dan menguasai Arakan; mereka menerapkan politik diskriminasi dengan mengusir dan mengeksekusi orang-orang Muslim Arakan. Pada tahun 1799 sebanyak 35.000 orang Arakan mengungsi ke wilayah Chittagong di Bengal yang saat itu dikuasai Inggris untuk mencari perlindungan. Orang-orang Arakan tersebut menyebut diri mereka sebagai Rooinga (penduduk asli Arakan), yang kemudian dieja menjadi Rohingya saat ini. Selain itu, pemerintah kerajaan Burma saat itu juga memindahkan sejumlah besar penduduk Arakan ke daerah Burma tengah sehingga membuat populasi wilayah Arakan sangat sedikit ketika Inggris menguasainya.

Pada tahun 1826 wilayah Arakan diduduki oleh pemerintah kolonial Inggris setelah perang Inggris-Burma I (1824-1826). Pemerintah Inggris menerapkan kebijakan memindahkan para petani dari wilayah yang berdekatan ke Arakan yang saat itu sudah ditinggalkan, termasuk orang-orang Rohingya yang sebelumnya mengungsi dan orang-orang Bengali asli dari Chittagong. Saat itu wilayah Arakan dimasukkan dalam daerah administrasi Bengal sehingga tidak ada batas internasional antara keduanya dan migrasi penduduk di kedua wilayah itu terjadi dengan mudah. Pada awal abad ke-19 gelombang imigrasi dari Bengal ke Arakan semakin meningkat karena didorong oleh kebutuhan akan upah pekerja yang lebih murah yang didatangkan dari India ke Burma. Seiring waktu jumlah populasi para pendatang lebih banyak daripada penduduk asli sehingga tak jarang menimbulkan ketegangan etnis.

Permasalahan Imigrasi

Pada tahun 1939 konflik di Arakan memuncak sehingga pemerintah Inggris membentuk komisi khusus yang menyelidiki masalah imigrasi di Arakan, namun sebelum komisi tersebut dapat merealisasikan hasil kerjanya, Inggris harus angkat kaki dari Arakan pada akhir Perang Dunia II. Pada masa Perang Dunia II Jepang menyerang Burma dan mengusir Inggris dari Arakan yang kemudian dikenal sebagai Rakhine. Pada masa kekosongan kekuasaan saat itu, kekerasan antara kedua kelompok suku Rakhine yang beragama Buddha dan suku Rohingya yang beragama Muslim semakin meningkat. Ditambah lagi, orang-orang Rohingya dipersenjatai oleh Inggris guna membantu Sekutu untuk mempertahankan wilayah Arakan dari pendudukan Jepang. Hal ini akhirnya diketahui oleh pemerintah Jepang yang kemudian melakukan penyiksaan, pembunuhan dan pemerkosaan terhadap orang-orang Rohingya. Selama masa ini, puluhan ribu orang Rohingya mengungsi keluar dari Arakan menuju Bengal. Kekerasan yang berlarut-larut juga memaksa ribuan orang Burma, India dan Inggris yang berada di Arakan mengungsi selama periode ini.

Pada tahun 1940-an orang-orang Rohingya berusaha menjalin kerjasama dengan Pakistan di bawah Mohammad Ali Jinnah untuk membebaskan wilayahnya dari Burma, tetapi ditolak oleh pemimpin Pakistan tersebut karena tidak mau mencampuri urusan internal negeri Burma. Pada tahun 1947 orang-orang Rohingya membentuk Partai Mujahid yang merupakan kelompok jihad untuk mendirikan negara Muslim yang merdeka di Arakan utara. Mereka menggunakan istilah Rohingya sebagai identitas politik mereka dan menyatakan diri sebagai penduduk asli Arakan. Kemudian Burma merdeka pada tahun 1948 dan orang-orang Rohingya semakin gencar melancarkan gerakan separatisnya. Pada tahun 1962 Jenderal Ne Win melakukan kudeta dan mengambil alih pemerintahan Myanmar. Ia melakukan operasi militer untuk meredam aksi separatis Rohingya. Salah satu operasi militer yang dilancarkan pada tahun 1978 yang disebut "Operasi Raja Naga" menyebabkan lebih dari 200.000 orang Rohingya mengungsi ke Bangladesh akibat kekerasan, pembunuhan dan pemerkosaan besar-besaran. Pemerintah Bangladesh menyatakan protes atas masuknya gelombang pengungsi Rohingya ini. Pada bulan Juli 1978 setelah dimediasi oleh PBB, pemerintah Myanmar menyetujui untuk menerima para imigran Rohingya untuk kembali ke Rakhine.

Konflik Etnis Rakhine dan Rohingya

Pada tahun 1982 pemerintah Bangladesh mengamademen undang-undang kewarganegaraannya dan menyatakan Rohingya bukan warga negara Bangladesh. Sejak tahun 1990 sampai saat ini, pemerintah junta militer Myanmar masih menerapkan politik diskriminasi terhadap suku-suku minoritas di Myanmar, termasuk Rohingya, Kokang dan Panthay. Para pengungsi Rohingya melaporkan mereka mengalami kekerasan dan diskriminasi oleh pemerintah seperti bekerja tanpa digaji dalam proyek-proyek pemerintah dan pelanggaran HAM lainnya. Pada tahun 2012 kerusuhan rasial pecah antara suku Rakhine dan Rohingya yang dipicu oleh pemerkosaan dan pembunuhan seorang gadis Rakhine oleh para pemuda Rohingya yang disusul pembunuhan sepuluh orang pemuda Muslim dalam sebuah bus oleh orang-orang Rakhine. Menurut pemerintah Myanmar, akibat kekerasan tersebut, 78 orang tewas, 87 orang luka-luka, dan lebih dari 140.000 orang terlantar dari kedua belah pihak baik suku Rakhine maupun Rohingya. Pemerintah menerapkan jam malam dan keadaan darurat yang memungkinkan pihak militer bertindak di Rakhine. Walaupun para aktivitis LSM Rohingya menuduh bahwa pihak kepolisian dan kekuatan militer turut berperan serta dalam kekerasan dan menangkap orang-orang Rohingya, tetapi penyelidikan oleh organisasi International Crisis Group melaporkan bahwa kedua belah pihak mendapatkan perlindungan dan keamanan dari pihak militer. Pada tahun 2014 pemerintah Myanmar melarang penggunaan istilah Rohingya dan mendaftarkan orang-orang Rohingya sebagai orang Bengali dalam sensus penduduk saat itu. Pada bulan Maret 2015 yang lalu pemerintah Myanmar mencabut kartu identitas penduduk bagi orang-orang Rohingya yang menyebabkan mereka kehilangan kewarganegaraannya dan tidak mendapatkan hak-hak politiknya. Ini menyebabkan orang-orang Rohingya mengungsi ke Thailand, Malaysia dan Indonesia.

Bahasa

Rohingya (Ruáingga) adalah sebuah bahasa yang dituturkan etnis Rohingya di Arakan di Myanmar. Bahasa ini mirip dengan Bahasa Chittagonia yang digunakan di kawasan Chittagong di Bangladesh.
Dalam sejarahnya, bahasa ini telah ditulis dalam berbagai jenis aksara, termasuk alfabet Arab, Urdu, aksara Hanifi, alfabet Myanmar, dan yang terbaru, Rohingyalish, yang dibentuk dari alfabet Romawi. Naskah berbahasa Rohingya tertua yang ditulis dengan alfabet Arab berasal dari lebih dari 300 tahun lalu. Saat Negara Bagian Rakhine (Arakan) masih di bawah pemerintahan Britania Raya (1826–1948), etnis Rohingya umumnya menggunakan bahasa Inggris dan Urdu untuk komunikasi tertulis. Sejak Myanmar merdeka pada tahun 1948, segala bentuk komunikasi resmi menggunakan bahasa Myanmar.

Pada tahun 1975, sebuah jenis sistem tulis baru diciptakan menggunakan alfabet Arab; ada pula cendekiawan yang menggunakan alfabet Urdu untuk menutupi kekurangan alfabet Arab, namun keduanya tidak menghasilkan hasil yang memuaskan dan orang-orang Rohingya kesulitan membaca tulisan yang menggunakan alfabet Arab maupun Urdu.

Molana Hanif dan rekan-rekannya kemudian mengembangkan sekelompok baru huruf berorientasi kanan ke kiri yang berdasarkan alfabet Arab ditambah dengan beberapa pinjaman dari alfabet Romawi dan Myanmar, namun meskipun dianggap oleh para cendekiawan sebagai suatu perbaikan dibandingkan sistem tulis sebelumnya, tetap saja sistem baru ini dikritik karena banyak huruf yang terlalu mirip dengan huruf lainnya. Tak lama kemudian, E.M. Siddique memilih jalan baru dengan menggunakan huruf Latin untuk menulis Bahasa Rohingya. Hasilnya adalah sistem yang disebut Rohingyalish yang terdiri dari 26 huruf Romawi, lima huruf hidup beraksen, dan dua huruf Latin tambahan untuk bunyi retrofleks dan nasal.

Sumber referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Rohingya
https://id.wikipedia.org/wiki/Rohingya
http://www.kompasiana.com/mr_ded/rohingya-sebuah-tinjauan-sejarah-atas-konflik-yang-berkepanjangan_55602aa699937379578b4581

Friday 18 November 2016

Aramba Alat Musik Tradisional Suku Nias – Sumatera Utara

Aramba Alat musik tradisional Suku Nias – Sumatera Utara. Aramba adalah salah satu alat musik yang terbuat dari tembaga, kuningan, suasa dan nikel. Alat ini dimainkan oleh satu orang. Fungsi aramba berperan sebagai pembawa pola irama. Selain aramba ada juga beberapa alat musik tradisional dari Suku Nias antara lain Gondra, doli-doli, fondrahi, lagia dan rici-rici.

Meskipun Aramba merupakan alat musik tradisional dari Nias, tetapi sebenarnya alat ini tidak benar-benar dibuat oleh masyarakat Nias. Berdasarkan sejarah, alat musik Aramba ini adalah hasil kerajinan dari Jawa yang dibawa ke Nias dengan sistem barter.

Aramba Alat Musik Tradisional Suku Nias – Sumatera Utara

Bentuk Aramba

Aramba yang sering dipergunakan oleh masyarakat Nias dalam pelaksanaan upacara perkawinan sebanyak satu buah yang disebut aramba fatao yang ukuran garis tengahnya 40 sampai 50 cm, sedangkan aramba yang dipakai oleh ngaoto mbalugu (keturunan bangsawan) adalah aramba fatao dan aramba hongo yang ukuran garis tengahnya 60 sampai 90 cm.
Bentuk aramba bulat dengan tonjolan bulat kecil pada bagian tengahnya. Aramba biasanya digantungkan dengan seutas tali pada sebuah palang horizontal.

Bunyi

Aramba memiliki jenis bunyi Ideofon, untuk penggunaannya yaitu dengan cara dipukul dengan memakai pemukul yang khusus.

Fungsi Aramba

Aramba memiliki  fungsi khusus bagi  masyarakat masa prasejarah hingga kini. Yaitu, merupakan benda keramat, makanya diperlakukan istimewa. Fungsi gong selain sebagai alat komunikasi dalam masyarakat. Juga dipakai sebagai alat musik tradisional untuk berbagai kegiatan seperti:

1. Dalam urusan ekonomi, gong hadir saat menanam dan memanen padi
2. Selain itu juga untuk kegiatan religi, acara perkawinan, kematian, dan sebagainya.


Diliput dari berbagai sumber

Tuesday 15 November 2016

Arti Kata dan Makna Gelar Daeng Makassar

Makassar adalah Ibu Kota Sulawesi Selatan yang biasa digelari dengan kota Daeng. Tapi tahukah anda makna dari Kata Daeng? Dan siapa saja yang dapat menggunakan gelar Daeng tersebut?. Hal ini akan kita bahas disini, so silahkan simak ulasannya dibawah ini:

Arti Kata Daeng

Sebenarnya ada dua arti kata “daeng”, yaitu pertama sebagai sebutan kepada orang yang lebih tua atau yang dituakan. Sifatnya sama dengan kata “mas” bagi orang Jawa atau ”akang” bagi orang Sunda. Panggilan ini awalnya hanya milik suku Makassar saja, karena “daeng” memang sebenarnya adalah bagian dari budaya suku Makassar. Daeng sebagai panggilan kepada orang yang lebih tua, dipergunakan merata kepada pria ataupun wanita.

Kata “daeng” yang kedua atau lebih spesifik adalah bagian dari paddaengang. Dalam tradisi suku Makassar, paddaengang merupakan bagian penting. Istilah lainnya adalah areng alusu’ atau nama halus. Seseorang yang bersuku Makassar, biasanya akan menerima penyematan nama halus atau paddaengang di belakang nama aslinya. Contohnya seperti nama asli Muhammad Irwan, tapi kemudian ditambahkan dengan paddaengang, yaitu Daeng Rewa. Jadilah nama lengkapnya Muhammad Irwan Daeng Rewa.

Menurut komentar A. Firdaus Mananring dalam artikel http://hellomakassar.com/mengenal-daeng-dalam-tradisi-bugis-makassar/ ia mengatakan bahwa Mungkin bisa di bedakan antara Paddaengang, dengan panggilan Daeng untuk penghormatan kepada seseorang yg lebih tua, Untuk Paddaengang Jelas ini adalah Gelar Tu Baji’ atau tu Ruayya arenna untuk orang-orang khususnya suku makassar, hanya mereka yg keturunan Daeng lah yg berhak menyematkan gelar tersebut kepada keturunannya kelak, sangat melanggar aturan adat jika misalnya saya, “Firdaus” yg hanya mempunyai 1 nama saja, kemudian memberi paddaengang kepada anak saya kelak, jelas nantinya akan di tertawakan karena melanggar adat kita, “nakana tu towayya riolo, Bassungki punna taenan nasiratang”

Paddaengang biasanya diambil dari nama para leluhur atau tetua dalam garis keluarga suku Makassar. Biasanya berupa doa atau harapan, namun ada juga yang berupa ciri fisik atau kelakuan. Penyematan paddaengang di belakang nama seseorang dulu dilakukan dengan upacara khusus. Namun belakangan seiring perjalanan zaman, paddaengang itu disematkan begitu saja tanpa ada upacara khusus.

Bagi orang Makassar, setelah resmi menyandang nama paddaengang, maka yang bersangkutan sudah masuk masa akhil baliq, maka wajib hukumnya bagi orang-orang di sekitarnya apalagi yang lebih muda dari yang bersangkutan untuk memanggil dengan nama paddaengang-nya. Memanggil orang tersebut bukan dengan paddaengang-nya akan dianggap tidak sopan, karena paddaengang adalah nama halus dari yang bersangkutan.

Makna Gelar Daeng

Gelar “DAENG” pada hakikatnya tidak didapatkan begitu saja melainkan mengandung makna yang beragam. maknanya antara lain:
  1. Penghambaan dari nama Allah, kurang lebih sama dengan nama Islam yang ditambahi dengan Abdul. Misalnya Daeng Patoto. Patoto dalam lontara artinya pencipta, sehingga Daeng Patoto adalah hamba dari yang maha pencipta. Daeng Tanicalla, artinya tak tercela. Yang tak tercela hanyalah Allah SWT. Daeng Manaba, yang artinya penyayang, hamba dari yang maha penyayang;
  2. Berasal dari kata benda Makassar “pakdoangang” dari akar kata “doa” dan harapan. Ada beberapa “pakadengang” yang dapat masuk dalam kategori ini, misalnya:, Daeng Bau, agar yang bersangkutan memberikan nama harum bagi keluarga dan masyarakatnya. Daeng Nisokna, yang diimpikan, yang dicita-citakan. Daeng Gemilang, agar tampil lebih gemilang. Daeng Nikeknang, agar selalu dikenang. Daeng Kanang agar ia cantik, Daeng Baji agar dia baik hati, Daeng Puji agar dia menyenangkan;
  3. Penegasan bahwa dia juga adalah golongan bangsawan: Daeng Memang, artinya dia memang “daeng”, Daeng Tonji, yang artinya, diapun “daeng”. Daeng Tommi,yang artinya sebelumnya dia bukan daeng tetapi sekarang diapun sudah “daeng”. Daeng Tadaeng artinya, “daeng” atau bukan, baginya sama saja;
  4. Panutan , yang diambil dari nama tokoh yang sukses karena kejujurannya atau keberaniannya atau kepintarannya, dan atau kekayaannya, tanpa terlalu memperhatikan makna dari “pakdaengang” itu.

Strata Sosial

Pada dasarnya dulu di Makassar terdiri atas 3 strata sosial yaitu:

1. Karaeng (Raja atau Bangsawan)
2. Daeng (Kalangan pengusaha, shah bandar)
3. Ata (Budak)

Pada stata tersebut dalam tradisi asli suku Makassar sebenarnya juga dikenal yang namanya kasta. Kasta tertinggi adalah Karaeng atau raja dan kasta paling bawah adalah Ata atau budak. Mereka yang berkasta Karaeng berhak mendapat paddaengang, sementara pada Ata tidak.

Gelar Sultan Hasanuddin

Arti Kata dan Makna Gelar Daeng Makassar

Sultan Hasanuddin sendiri punya nama paddaengang, yaitu Daeng Mattawang plus gelar kebangsawanan, sehingga nama aslinya menjadi I Mallombassi Daeng Mattawang Sultan Hasanuddin Karaeng Bontomangape Tu Menanga Ri Balla Pangkana. I Mallombassi adalah nama kecil, daeng Mattawang adalah nama paddaengang, Sultan Hasanuddin adalah nama Islamnya, Karaeng Bontomangape adalah gelar kebangsawanan dan Tu Menanga Ri Balla Pangkana adalah gelar anumerta yang berarti orang yang meninggal di rumah.

Sumber referensi:
http://www.kaskus.co.id/thread/5424bf71a2cb17e84c8b4571/info-rahasia-dibalik-makna-kata-daeng/

http://www.rappang.com/2010/02/arti-daeng-dalam-kebudayaan-bugis.html

Saturday 5 November 2016

Daftar Lengkap Alat Musik Tradisional di Indonesia

Daftar Lengkap Alat Musik Tradisional di Indonesia Beserta Daerah Asalnya. Negara Indonesia terkenal dengan keaneka ragaman budayanya, suku dan bahkan alat musik tradisionalnya. Tidak seperti alat musik modern, alat musik tradisional dari indonesia memiliki bentuk dan suara yang unik. Sehingga perlu untuk dilestarikan.


Untuk mengenal lebih jauh mengenai jenis-jenis alat musik tradisional di 33 Provinsi indonesia, yuk kita lihat daftarnya dibawah ini.


Daftar nama alat musik tradisional Indonesia dan asal daerahnya :


Alat Musik Tradisional Bagian Suamatera


1. Serune Kale

Berasal dari Nanggroe Aceh Darussalam yang mempunyai jenis bunyi Aerofon, yaitu bunyi yang berasal dari hembusan angin. Cara menggunakannya dengan ditiup dan menggunakan jari untuk mengatur nada yang ada di lubang serune kale.

2. Aramba

Berasal dari Pulau Nias, Sumatera Utara yang mempunyai jenis bunyi Ideofon, yaitu bunyi yang berasal dari bahan dasarnya. Cara menggunakan dengan dipukul dengan menggunakan pemukul seperti stik.

3. Saluang

Berasal dari  Minangkabau, Sumatera Barat yang mempunyai jenis bunyi Aerofon. Cara menggunakannya dengan ditiup dan lubang yang ada di salung digunakan untuk mengatur nada dan jari-jari tangan berfungsi untuk menutup lubangnya.

4. Gambus

Berasal dari Riau dengan jenis bunyi Kordofun, yaitu bunyi yang berasal dari dawai atau senar. Gambus mempunyai 3 senar – 12 senar. Gambus biasa dimainkan sambil diiringi gendang.

5. Serangko

Berasal dari Jambi dan terbuat dari tanduk kerbau. Cara menggunakannya dengan ditiup, serangko biasa digunakan untuk pemberitahuan jika ada musibah di masyarakat Jambi.

6. Accordion

Accoridon berasal dari Sumatera Selatan yang mempunyai jenis bunyi Aerofon. Cara menggunakannya dengan ditiup dan memakang kedua tangan untuk mengatur alunan nada.

7. Doll

Alat musik ini berasal dari Bengkulu yang mempunyai jenis bunyi Membranofon, yaitu jenis bunyi yang asalnya dengan memukul. Cara menggunakan alat musik ini dengan dipukul memakai alat pemukul.

8. Bende

Alat musik tradisional bende berasal dari Lampung yang mempunyai jenis bunyi Ideofon. Cara menggunakannya yaitu dipukul dengan alat pukul yang khusus.

9. Gendang Melayu

Gendang melayu berasal dari Kepulauan bangka belitung yang mempunyai jenis bunyi Membranofon, yaitu jenis bunyi yang asalnya dengan memukul di sekitar area lunak dengan menggunakan telapak tangan.

10. Gendang Panjang

Gendang panjang berasal dari Kepulauan Riau yang mempunyai jenis bunyi Membranofon yang digunakan dengan cara menepukkan tangan pada area yang lunak.

11. Talempong

Talempong berasal dari Sumatera Barat, alat ini dimainkan dengan dipukul menggunakan kayu. Bentuk talempong mirip dengan alat musik bonang dari Jawa Tengah.

12. Pupuik Batang Padi

Pupuik batang padi berasal dari Sumatera Barat, bentuknya terbuat dari ruas batang padi yang sudang tua dan berbuku. Cara memainkanya yaitu dengan ditiup.

13. Serunai

Alat musik tradisional Serunai berasal dari Sumatera Barat yang terbuat dari padi, kayu dan bambu. Cara memainkannya yaitu dengan ditiup.

14. Tambua & Tansa

Alat musik tradisional Tambua dan tansa berasal dari Sumatera Barat yang terbuat dari kayu yang dilubangi tengahnya. Cara memainkannya yaitu dengan dipukul secara serentak.

15. Burdah atau Gendang Oku

Alat musik tradisional Burdah berasal dari Sumatera Selatan yang terbuat dari bahan kulit binatang atau kayu. Burdah sejenis dengan rebana yang cara memainkannya dengan dipukul.

16. Tenun

Alat musik tradisional Tenun berasal dari Sumatera Selatan yang terbuat dari kayu yang berbentunk segitiga. Dinamakan tenun karena sering digunakan sebagai penghibur para pekerja yang sedang menenun.

17. Kenong Basemah

Alat musik tradisional Kenong basemah berasal dari Sumatera Selatan yang terbuat dari tembaga. Cara memainkannya yaitu dengan dipukul.

18. Tebangan

Alat musik tradisional Tebangan berasal dari Sumatera Selatan yang hampir mirip dengan rebana. Cara memainkannya yaitu dengan dipukul.

Alat Musik Tradisional Pulau Jawa


18. Tehyan

Alat musik tradisional Tehyan berasal dari Ibukota Jakarta yang mempunyai jenis suara Kordofon yang digunakan dengan cara digesek di bagian dawai atau senarnya, hampir sama dengan memainkan biola.

20. Angklung

Alat musik tradisional Angklung berasal dari Jawa barat yang mempunyai jenis bunyi Ideofon. Cara memainkan angkul yaitu menggunakan tangan kita.

21. Gamelan

Alat musik tradisional Gamelan berasal dari Jawa Tengah yang mempunyai jenis bunyi Ideofon. Cara memainkannya yaitu dengan dipukul dengan alat pemukul.

22. Gendang

Alat musik tradisional Gendang berasal dari Yogyakarta yang mempunyai jenis bunyi Ideofon. Cara memainkannya dengan ditepuk di area lunak menggunakan telapak tangan.

23. Bonang

Alat musik tradisional Bonang berasal dari Jawa Timur yang mempunyai jenis bunyi Ideofon. Cara memainkannya dengan dipukul.

24. Gendang

Alat musik tradisional Gendang berasal dari Banten yang mempunyai jenis bunyi Membranofon. Cara memainkannya dengan menepuk memakai telapak tangan.

25. Kendang

Alat musik tradisional Kendang berasal dari Jawa Barat yang mempunyai jenis bunyi Membranofon. Cara memainkannya dengan dipukul dengan alat pemukul.

26. Kulanter

Alat musik tradisional Kulanter berasal dari Jawa Barat yang mempunyai jenis bunyi Membranofon. Cara memainkannya dengan dipukul, kulanter biasanya dijadikan pengiring kendang.

27. Gong

Alat musik tradisional Gong berasal dari Jawa Barat yang jika dipukul akan mengeluarkan jenis bunyi Membranofon. Gong biasanya di ikat atau digantung pada kayu.

28. Jengglong

Alat musik tradisional Jengglong berasal dari Jawa Barat yang menyerupai gong kecil. Jengglong biasanya dijadikan pengiring gong.

29. Rebab

Alat musik tradisional Rebab berasal dari Jawa Barat yang cara memainkannya seperti biola yaitu di gesek. Bentuk rebab seperti busur panah.

Alat Musik Tradisional Bagian Pulau Bali dan Sekitarnya


30. Gengceng

Alat musik tradisional Gengceng berasal dari Bali yang mempunyai jenis bunyi Ideofon. Cara memainkannya dengan diletakkan pada kedua telapak tangan kemudian ditepuk.

31. Serunai

Alat musik tradisional Serunai berasal dari Nusa Tenggara Barat yang mempunyai jenis bunyi Aerofon. Cara memainkannya dengan ditiup lalu nadanya diataur dengan jari tangan.

32. Sasando

Alat musik tradisional Sasando berasal dari Nusa Tenggara Timur yang mempunyai jenis bunyi Chordofon. Cara memainkannya dengan dipetik.

Alat Musik Tradisional Bagian Pulau Kalimantan


33. Japen

Alat musik tradisional Japen berasal dari Kalimantan Tengah yang mempunyai jenis bunyi Kordofon. Cara memainkannya dengan dipetik.

34. Sampe

Alat musik tradisional Sampe berasal dari Kalimantan Timur yang mempunyai jenis bunyi Kordofon. Cara memainkannya dengan dipetik dibagian senarnya.

35. Tuma

Alat musik tradisional Tuma berasal dari Kalimantan Barat yang mempunyai jenis bunyi Membranofon. Cara memainkannya dengan ditepuk menggunakan telapak tangan.

36. Panting

Alat musik tradisional Panting berasal dari Kalimantan Selatan yang mempunyai jenis bunyi Kordofon. Cara memainkannya dengan dipetik dibagian senarnya.

Alat Musik Tradisional Bagian Pulau Sulawesi


37. Kolintang

Alat musik tradisional Kolintang berasal dari Sulawesi Utara yang mempunyai jenis bunyi Ideofon. Cara memainkannya dengan dipukul.

38. Ganda

Alat musik tradisional Ganda berasal dari Sulawesi Tengah yang mempunyai jenis bunyi Membranofon. Cara memainkannya dengan menepuk menggunakan telapak tangan.

39. Keso

Alat musik tradisional Keso berasal dari Sulawesi Selatan yang mempunyai jenis bunyi Chordofon. Cara memainkannya dengan digesek di bagian senar. 

40. Ladolado

Alat musik tradisional Ladolado berasal dari Sulawesi Tenggara yang mempunyai jenis bunyi Ideopon. Cara memainkannya dengan dipukul.

41. Ganda

Alat musik tradisional Ganda berasal dari Gorontalo yang mempunyai jenis bunyi Membranofon. Cara memainkannya dengan ditepuk memakai telapak tangan.

42. Kecapi

Alat musik tradisional Kecapi berasal dari Sulawesi Barat yang mempunyai jenis bunyi Kordofon. Cara memainkannya dengan dipetik di bagian senarnya.


Alat Musik Tradisional Bagian Kepulauan Maluku dan Sekitarnya


43. Nafiri

Alat musik tradisional Nafiri berasal dari Maluku yang mempunyai jenis bunyi Membranofon. Cara memainkannya dengan ditepuk menggunakan telapak tangan.

44. FU

Alat musik tradisional FU berasal dari Maluku Utara yang mempunyai jenis bunyi Aerofon. Cara memainkannya dengan ditiup.

Alat Musik Tradisional Bagian Papua


45. Tifa

Alat musik tradisional Tifa berasal dari Papua yang mempunyai jenis bunyi Membranofon. Cara memainkannya dengan dipukul lewat telapak tangan.

46. Guoto

Alat musik tradisional Guoto berasal dari Papua Barat yang mempunyai jenis bunyi Kordofon. Cara memainkannya dengan memetik senar.

Itulah daftar alat musik tradisional yang berasal dari 33 Provinsi di Indonesia. Semoga bermanfaat.

Sumber referensi:

http://ilmuseni.com/seni-pertunjukan/seni-musik/nama-alat-musik-tradisional

Friday 4 November 2016

Pengertian Alat Musik Tradisional Serune Kalee asal Aceh – Sumatera Utara

Pengertian Alat Musik Tradisional Serune Kalee asal Aceh – Sumatera Utara. Serune Kalee merupakan alat musik tradisional yang berupa terompet khas Aceh dengan dengan struktur bentuk mirip klarinet. Biasanya Serune Kalee dimainkan sebagai instrumen utama dalam sebuah pertunjukan musik tradisi di Aceh, diiringi geundrang, rapai, dan sejumlah instrumen tradisional lainnya. Alat musik ini dikenal terutama terdapat di daerah Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar, dan Aceh Barat.

Serune Kalee masih berperan besar dalam ritus-ritus sosial warga Aceh seperti dalam ritus-ritus sosial masyarakat Aceh, seperti pernikahan, penyambutan tamu, atau acara-acara hiburan. Instrumen ini diklasifikasikan ke dalam jenis aerofon, atau instrumen yang memiliki sumber bunyi dari hembusan udara pada rongga.

Pengertian Alat Musik Tradisional Serune Kalee asal Aceh – Sumatera Utara

Arti kata Serune Kalee

Serune Kalee berasal dari dua kata, yakni (serune) yang merujuk pada instrumen tradisional Aceh, dan (kalee) yang merupakan nama desa di Laweung, Kabupaten Pidie. Jadi secara sederhana, Serune Kalee bisa diartikan sebagai serunai/seruling dari daerah Kalee. Sangat mungkin penamaan tersebut dikaitkan dengan kemunculan atau tempat pembuatan serunai/seruling tersebut.

Selain di Aceh alat musik ini terdapat juga dilingkungan masyarakat Minangkabau dan Agam. Serunee Kalee juga memiliki kemiripan dengan beberapa instrumen dari negara lain, seperti Malaysia, Thailand, dan Srilanka. Instrumen-instrumen serupa tersebut memiliki sejumlah kemiripan dalam hal laras nada, vibrasi, volume suara, dan dinamika suara.

Sejarah dan Perkembangan Serune Kalee

Berdasarkan data yang ada, Serune Kalee sudah ada sejak masuknya Islam ke Aceh. Ada sebagian yang mengatakan bahwa instrumen ini berasal dari Tiongkok (Z.H Idris, 1993: 48-49). Terlepas dari berbagai asumsi yang ada, fakta sejarah menunjukan bahwa Aceh pada masa silam adalah kerajaan dengan letak yang strategis, sekaligus juga bersifat terbuka, sehingga banyak terjalin hubungan dengan berbagai bangsa dari luar. Dalam perkembangannya, berbagai akulturasi yang ada telah melahirkan kesenian Aceh yang khas, yang dominan bernafaskan Islam.

Cara Pembuatan Serune Kalee

Serune Kalee terbuat dari kayu, di mana kayu yang dipilih sebagai bahan dasarnya adalah yang memiliki karakter kuat dan keras, sekaligus ringan. Sebelum dibuat, kayu tersebut terlebih dahulu direndam selama tiga bulan. Setelah fase perendaman selesai, selanjutnya kayu pangkas hingga tersisa bagian yang disebut sebagai ‘hati kayu’. Hati kayu tersebutkah yang kemudian di bor dan dibubut untuk membentuk lobang dengan diameter sekitar 2 cm. Setelah tercipta rongga, selanjutnya adalah tahap membuat lubang-lubang nada, yakni 6 lubang di bagian muka-atas sebagai interval nada, dan 1 lubang di bawah sebagai syarat terciptanya suara khas dari Serune Kalee.

Bentuk Serune Kalee

Bentuk Serune Kalee

Wujud dan bentuk peralatan ini seperti pentungan, bulat, dan lurus mulai dari batas atas (mondstuk) hingga ke bagian bawah (bell). Bagian atas peralatan ini kecil dan membesar di bagian bawahnya. Di bagian badan atau tubuh terdapat lubang-lubang sebagai tempat memainkan nada yang diinginkan. Peralatan ini mempunyai warna dasar hitam, hal ini kemungkinan disebabkan oleh terlalu banyak dipegang atau memang warna dasar kayu yang dibuat untuk peralatan ini berwarna hitam.

Sumber referensi:
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/874/serune-kalee

http://melayuonline.com/ind/culture/dig/2646/serune-kalee-alat-musik-tradisional-aceh

Tuesday 1 November 2016

11 Bangsa Paling Berpengaruh Pada Perkembangan Zaman

Perkembangan zaman di era modern, tidak terlepas dari pengaruh bangsa-bangsa yang ada di dunia. Perkembangan ini berkat giatnya manusia-manusia belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Dari perjalanan menuju era modern, terdapat 11 bangsa manusia yang memiliki peran penting dalam perkembangan ini. Berikut dibawah ini adalah 11 bangsa tersebut.

11 Bangsa Paling Berpengaruh Pada Perkembangan Zaman

11 Bangsa Paling Berpengaruh Pada Perkembangan Zaman


11. AMERIKA SERIKAT

Di urutan 11 terdapat bangsa Amerika, dan saat ini negara amerika merupakan negara adidaya. Bangsa Amerika merupakan keturunan dari Bangsa-Bangsa Eropa seperti Inggris, Irlandia, Belanda, Spanyol, dll. Pada awal terbentuknya peradaban Amerika Serikat di Amerika Utara, tak ada yang begitu spesial dari bangsa ini. Namun seiring berkembangnya sistem demokrasi dan kebebasan sosial, bermunculanlah orang-orang jenius, kreatif, dan inovatif yang mendorong kemajuan bangsa ini dari sisi ekonomi, teknologi, maupun hiburan. Bangsa inilah yang menemukan listrik, menciptakan telepon, televisi, komputer, internet, dan juga film-film terbaik di dunia. Sehingga saat ini peranan semua bangsa di dunia tak bisa lepas dari pengaruh Amerika, entah itu dalam bidang ekonomi, teknologi, maupun hiburan.

10. INGGRIS

Bangsa Inggris merupakan keturunan dari Suku Angles yang awalnya bermukim di semenanjung Anglen, wilayah teluk baltik. Bangsa berbentuk kerajaan dari abad ke 18 hingga saat ini. Kerajaan Inggris adalah salah satu kerajaan paling kuat yang pernah ada dalam sejarah manusia. Hal ini karena banyak bangsa di dunia yang pernah ditaklukkan oleh bangsa ini. Hal itulah yang membuat bahasa Inggris menjadi bahasa wajib internasional. Selain membawa pengaruh budaya, Inggris juga menyebarkan pengaruh politik dan ekonomi yang sama kuat bangsa Amerika Serikat. Pengaruh bangsa Inggris terhadap dunia adalah diciptakannya Mesin Uap yang mendorong terjadinya Revolusi Industri di seluruh dunia, mengubah sistem politik dan sistem ekonomi yang berlaku di dunia untuk selamanya.

9. ROMAWI

Bangsa Romawi yang bermukim di Kota Roma juga pernah menjadi kerajaan terkuat. Mereka merupakan nenek moyang dari Bangsa Italia. Kerajaan ini dibentuk pada tahun 750 SM dari kerajaan kecil yang kemudian menjadi salah satu kerajaan paling besar di dunia setelah mereka melakukan serangkaian invasi hampir ke seluruh Eropa. Lewat invasinya, Bangsa Romawi telah mempersatukan Eropa dan membangun fondasi bagi Uni Eropa di masa depan. Pengaruh Bangsa Romawi yang paling besar adalah pada bidang tata kota, arsitektur, sanitasi, dan jalur transportasi yang menjadi patokan bagi semua kota di dunia. Selain itu, bangsa romawi juga menciptakan Kalender Julian pada tahun 46 sebelum masehi yang menjadi cikal bakal dari Kalender Masehi.

8. MONGOLIA

Kali ini adalah bangsa yang berasal dari Asia yaitu Mongolia. Bangsa Mongolia bermukim di daerah Asia Timur, diapit oleh Rusia dan China, terkurung daratan dan jauh dari lautan. Dahulu, bangsa ini terkenal sebagai bangsa penakluk yang sangat ganas dan kejam dengan pemimpin legendarisnya, Genghis Khan dan Hulagu Khan. Bangsa Mongolia ini pula yang "menghabisi" Khilafah Abbasiyah secara sadis pada abad 13. Bangsa ini pula yang disebut-sebut sebagai bangsa dengan wilayah terluas di muka bumi ketika menguasai seluruh daratan di Asia Timur. Wilayah Mongolia ketika itu luasnya berkali-kali lipat dari wilayah Kekaisaran Romawi. Tak heran, Mongolia Kuno disebut-sebut sebagai kerajaan paling besar, paling kuat, dan paling kejam dalam sejarah.

Bangsa ini banyak memilki peran penting dalam bidang ilmu pengetahuan dan administrasi, seperti taktik politik dan taktik perang yang efektif, hingga sistem pengiriman pos yang efisien. Lewat serangkaian invasinya untuk menaklukkan seluruh wilayah Asia, Bangsa Mongolia juga telah mengubah peta sejarah terutama nasib Rusia. Pada awal abad 20, taktik invasi Bangsa Mongolia itu pula yang menjadi pedoman dan inspirasi Hitler untuk menaklukkan dunia. Pengaruh Mongolia secara tidak langsung terasa sampai saat ini.

7. ARAB

Bangsa Arab adalah etnik di timur tengah yang terbagi-bagi dalam banyak sub-etnik, salah satunya Saudi. Bangsa padang pasir ini kini tersebar di beberapa negara antara lain Saudi, Uni Emirat, Libanon, Yaman, Suriah, Iraq, dan lainnya. Sebelum kemunculan agama Islam di Saudi, Bangsa Arab dikenal barbar.

Pengaruh Bangsa Arab bagi umat manusia di seluruh dunia sangat banyak. Mulai dari penyebaran agama Islam yang mempengaruhi peta politik dan ekonomi dunia, serta pengaruh kebudayaan Arab terutama angka Arab dalam bidang matematika yang dianggap lebih akurat dan efisien daripada angka Romawi. Lewat angka Arab inilah, lahir banyak teknologi modern pada zaman sekarang dan seterusnya. Selain itu, penaklukkan Konstantinopel oleh Bangsa Turki tak terlepas dari pengaruh pemikiran-pemikiran Arab. Penaklukkan itu pula yang mengusir Bangsa-Bangsa Eropa dari tanahnya sendiri, mendorong Bangsa Eropa untuk berkelana mencari rumah baru sampai ke benua Amerika dan Asia Tenggara, menjajah banyak bangsa di dua benua tersebut.

6. PERSIA

Bangsa Persia adalah nenek moyang dari Bangsa Iran sebelum budaya Arab dan agama Islam mencampuri kultur asli Persia. Bangsa Persia telah eksis dan membentuk peradaban yang sangat maju 3.000 tahun sebelum masehi. Kemunduran Bangsa Persia terjadi pada masa pemerintahan Sassania. Pada masa ini pula Persia takluk hingga dijajah oleh Bangsa Arab. Di bawah kekuasaan Bangsa Arab, kultur asli Persia perlahan-lahan lenyap digantikan oleh budaya Arab hingga Persia berubah menjadi Iran.

Pengaruh Persia pada perkembangan dunia berupa penemuan bagi peradaban umat manusia, antara lain batu bata, lem, kincir angin, minuman wine, es krim, biskuit, alat musik petik tar (cikal bakal gitar), sistem pengiriman pos, sistem pajak, dan deklarasi Hak Asasi Manusia pertama yang menginspirasi Inggris membuat Magna Carta.

5. YUNANI

Yunani adalah satu bangsa di Eropa Barat yang eksis sejak 1.000 tahun sebelum masehi dan masih eksis sampai hari ini. Bangsa ini terdiri dari beragam etnik antara lain Attic, Ionic, Aeolic, dan Doric. Pada zaman kejayaannya (500 SM - 600 M), Yunani dikenal sebagai bangsa yang beradab dan cerdas. Namun bangsa ini hancur lebur ketika diserang oleh Romawi. Sejak saat itu, Bangsa Yunani tak pernah semaju dulu lagi.

Bangsa Yunani banyak menyumbang penemuan bagi umat manusia, antara lain kincir air, alarm jam, odometer, kartografi (ilmu pembuatan peta), zoologi (ilmu tentang hewan), dasar-dasar geometri, ratusan terobosan dalam bidang astronomi, biologi, dan fisika, penemuan ratusan jenis obat herbal, penyelenggaraan ajang olimpiade, dan terakhir tentunya pencetusan sistem demokrasi yang memungkinkan satu kelompok masyarakat untuk memilih pemimpin secara damai tanpa peperangan. Sistem inilah yang kemudian banyak dianut oleh negara-negara di seluruh dunia menggantikan sistem otokrasi pasca Perang Dunia I dan II untuk menghindari terjadinya peperangan serupa hanya untuk memperebutkan kekuasaan.

4. CHINA

Bangsa China merupakan salah satu bangsa paling tua di dunia. Mereka telah membentuk peradaban maju sejak 2.000 tahun sebelum masehi dan masih eksis sampai saat ini. Bangsa yang bermukim di Asia Timur ini terkenal cerdas, disiplin, dan ambisius. Sejarah panjang Bangsa China mengalami naik dan turun selama ribuan tahun. Sempat berjaya, terpuruk, lalu bangkit lagi.

Bangsa China juga merupakan salah satu bangsa yang paling banyak menyumbangkan penemuan bagi umat manusia. Berikut penemuannya:

- Kertas
- Sablon
- Sumpit
- Garpu
- Kompas
- Dayung
- Kemudi Kapal
- Alat Pancing
- Panah Mekanis (Crossbow)
- Serbuk Mesiu
- Bom
- Peti Mati
- Gerobak
- Kain Sutra
- Uang Kertas
- Besi Cor
- Bell
- Seismograf
- Layang-Layang
- Kembang Api
- Tali Leher Kuda
- Peleburan Besi dan Baja
- Mesin Tenun
- Permainan Domino
- Permainan Cuju (cikal bakal sepak bola)
- Pengobatan Akupunktur
- Tambal Gigi
- Peralatan Masak Modern
- Tahu, Mie, Bakso, Siomay, Cincau, Bakpao, dll...

3. MESIR

Bangsa Mesir adalah satu bangsa yang telah bermukim di Afrika Utara sejak 6.000 tahun yang lalu. Kemajuan Mesir di bidang teknologi justru terjadi pada masa-masa gelap Mesir di bawah pemerintahan Firaun. Tercatat Mesir menyumbang beberapa penemuan krusial dan penting bagi umat manusia, antara lain jam matahari (cikal bakal jam modern), kalender matahari (cikal bakal kalender modern), alfabet gambar (cikal bakal alfabet modern), kunci pintu, tinta, sikat gigi, dan alat bajak sawah.

2. INDIA

India adalah bangsa paling tua dan pertama di dunia yang bermukim di Asia Selatan sejak 30.000 tahun yang lalu. Bangsa India diakui memiliki kebudayaan yang menjadi induk bagi semua budaya di Asia bahkan dunia.

India menyumbang beberapa penemuan paling penting dalam sejarah umat manusia. Penemuan tersebut antara lain adalah bahasa sanskerta (induk dari semua bahasa di dunia), sistem angka desimal (cikal bakal angka Arab), sistem angka biner, penggaris, dan permainan chaturanga (cikal bakal permainan catur).

1. MESOPOTAMIA

Bangsa Mesopotamia atau lebih dikenal dengan Bangsa Babilonia (Ibu Kota Mesopotamia) adalah satu bangsa kuno yang hidup di daerah Iraq dan Suriah 4.000 tahun sebelum masehi. Bangsa Mesopotamia adalah bangsa paling maju di zamannya. Para ilmuwan menganggap Mesopotamia sebagai bangsa pertama yang membentuk satu negara maju yang tertata oleh aturan, menjadi pusat politik, ekonomi, dan urbanisasi. Bahkan beberapa sejarawan sering menjuluki New York sebagai "Babilonia Masa Kini", sebab Kota Babilonia di Mesopotamia adalah kota megapolitan di zamannya, mirip seperti New York hari ini.

Mesopotamia menyumbang beberapa penemuan antara lain adalah konsep matematika, konsep waktu, bahasa sandi, pertanian, irigasi, gunting, dan terakhir adalah penemuan sederhana yang menjadi lompatan besar bagi peradaban manusia, penemuan terpenting nomor 1 dari 100 penemuan paling penting sepanjang sejarah versi History Channel adalah: RODA.
Itulah bangsa-bangsa yang telah merubah peradaban manusia hingga menjadi modern seperti saat ini.

Sumber referensi:

http://www.kaskus.co.id/thread/5813c4ef31e2e660178b456c/kaskus.co.id/?utm_source=facebook&utm_medium=internalpost&utm_campaign=hotthread

Friday 28 October 2016

Ulasan Singkat Suku Etoro Papua Nugini

Sebenarnya penulis sangat tertarik untuk membahas topik tentang suku etoro, namun referensi tentang suku ini sangat minim. Hanya sumber dari wikipedia dan beberapa blog lainnya. Tetapi cenderung pembahasan tentang adat kedewasaan yang paling banyak dibahas.

Suku Etoro atau Edolo adalah suku yang berada di Papua Nugini. Diketahui bahwa Papua Nugini merupakan salah satu tetangga Negara indonesia yang berbatasan langsung. Wilayah suku Etoro meliputi lereng selatan Gunung Sisa, di sepanjang ujung selatan pegunungan tengah Nugini, di dekat Dataran Tinggi Papua.

Ulasan Singkat Suku Etoro Papua Nugini

Ritual homoseksual

Suku ini dikenal oleh para antropolog karena ritual homoseksualnya. Suku Etoro percaya bahwa laki-laki muda harus menelan sperma tetua mereka setiap harinya dari umur 12 hingga 17 untuk mencapai status pria dewasa. Etoro percaya bahwa setiap orang memiliki kekuatan kehidupan dan konsentrasi kekuatan kehidupan terbesar ada di dalam sperma. Kekuatan kehidupan ini berpindah ke orang lain melalui hubungan seksual. Perempuan dianggap membuang kekuatan kehidupannya jika tidak hamil setelah berhubungan seks. Semakin tua seseorang, tubuh mereka semakin lemah, dan ini dikaitkan dengan berkurangnya kekuatan kehidupan.

Pernikahan

O'Neil dan Kottak setuju bahwa sebagian besar laki-laki menikah dan memiliki hubungan heteroseksual dengan istrinya. Akibat ketakutan bahwa seks heteroseksual dapat membuat mereka mati lebih awal dan keyakinan bahwa seks homoseksual memperpanjang hidup, hubungan heteroseksual lebih difokuskan pada reproduksi. Pendapat inilah yang membuat suku memiliki kebiasaaan yang aneh.

Tentu saja suku ini sangat terlihat aneh dan bahkan ritualnya juga tidak wajar yang lebih memilih hubungan homoseksual dari pada heteroseksual.

Sumber referensi:

https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Etoro

Sejarah Asal Usul Gelar Andi Suku Bugis - Sulawesi Selatan

Pada artikel sebelumnya saya sudah membahas mengenai adatdan senjata tradisional suku Bugis. Nah pada artikel kali ini kita akan masuk lebih dalam lagi dalam budaya suku Bugis. Yang akan kita bahas adalah asal usul Gelar Andi Suku Bugis.

Secara umum gelar Andi biasanya ditujukan pada para bangsawan Bugis, atau mereka yang memiliki peran penting di masyarakat. Salah satunya adalah keturunan Raja. Kenapa bisa para bangsawan bugis bergelar Andi? Siapa yang memulainya dan alasannya kenapa? Yuk kita simak ulasannya dibawah ini.

Sejarah Asal Usul Gelar Andi Suku Bugis - Sulawesi Selatan

Sejarah Gelar Andi Bugis


Versi 1

Nama Andi ini dimulai ketika 24 Januari 1713. Gelar ini dipakai pada semua keturunan hasil perkawinan Lapatau dengan keturuanan raja. Seperti:

1. Lapatau dengan putri Raja Bone sejati
2. Lapatau dengan putri Raja Luwu (yang bersekutu dengan kerajaan Gowa)
3. Lapatau dengan putri raja Wajo (yang bersekutu dengan kerajaan Gowa)
4. Lapatau dengan putri Sultan Hasanuddin (Sombayya Gowa)
5. Anak dan cucu Lapatau dengan putri Raja Suppa dan Tiroang
6. Anak dan cucu Lapatau dengan putri raja sejumlah kerajaan kecil yang berdaulat di Celebes.

Perkawinan tersebut merupakan upaya VOC untuk membangun dan mengendalikan sosiologi baru di Celebes. Dan dengan alasan ini pula maka semua bangsawan laki-laki yang potensial pasca perjanjian bungaya, yang extrim dikejar sampai ke pelosok nusantara dan yang softly diminta tinggalkan bumi sawerigading (Celebes). Namun (Alm) Jendral Muhammad Yusuf yang merupakan bangsawan Bugis, enggan menggunakan gelar Andi yang merupakan produk exlusivisme buatan VOC. Beliau sejatinya orang Bugis genetis sang Sawerigading. Selain itu juga bahwa Yusuf Kalla adalah bangsawan Bugis tetapi beliau tidak memakai gelar “Andi” karena bukan keturunan langsung Lapatau.

Versi 2

Dalam versi lain, walaupun kebenaraannya masih dipertanyakaan selain karena belum ditemukan catatan secara tertulis dalam Lontara tetapi ada baiknya juga dipaparkan sebagai salah satu referensi penggunaan nama “Andi” tersebut. Di era pemerintahan La Pawawoi Karaeng Sigeri hubungan Bone dan VOC penuh dengan ketegangan dan berakhir dengan istilah “Rompana Bone“. Dalam menghadapi Belanda dibentuklah pasukan khas yaitu pasukan “Anre Guru Ana’ Karung” yang di pimpin sendiri Petta Ponggawae.

Dalam pasukan tersebut tidak di batasi hanya kepada anak-anak Arung (bangsawan) saja tetapi juga kepada anak-anak muda tanggung yang orangtuanya mempunyai kedudukan di daerah masing-masing seperti anak pabbicara’e, salewatang dan lain-lain, bahkan ada dari masyarakat to meredaka. Mereka mempunyai ilmu sebagai “Bakka Lolo dan Manu Ketti-ketti“. Anggota pasukan tersebut disapa dengan gelaran “Andi” sebagai keluarga muda angkat Raja Bone yang rela mati demi patettong’ngi alebbirenna Puanna (menegakkan kehormatan rajanya).

Menurut cerita orang-orang tua Bone, Petta Imam Poke saat menerima tamu yang mamakai gelaran “Andi” atau “Petta” dari daerah khusus Bone maka yang pertama ditanyakan “Nigatu Wija idi’ Baco/Baso? (anda keturunan siapa Baso/Baco?). Baso/Baco adalah sapaan untuk anak laki-laki.
Jika mereka menjawab “Iyye, iyya atanna Petta Pole (saya adalah hambanya Petta Pole)”, maka Petta Imam Poke mengatakan “Koki tudang ana baco/baso” (duduklah disamping saya) sambil menunjukkan dekat tempat duduknya, maka nyatalah bahwa “Andi” mereka pakai memang keturunan bangsawan pattola, cera dan rajeng, tetapi kalau jawaban Petta mengatakan “oohh, enreki mai ana baco” sambil menunjukkan tempat duduk di ruang tamu maka nyatalah “Andi” mereka pakai karena geleran bagi anak ponggawa kampong (panglima) atau ana to maredeka yang pernah ikut dalam pasukan khas tersebut.

Versi 3

Dalam versi yang hampir sama, gelar “Andi” pertama kali digunakan oleh Raja Bone ke-30 dan ke-32 La Mappanyukki, beliau adalah Putra Raja Gowa dan Putri Raja Bone. Gelar itu disematkan didepan nama beliau pada Tahun 1930 atas Pengaruh Belanda.

Gelar Andi tersebut bertujuan untuk menandai Bangsawan-bangsawan yang berada dipihak Belanda, dan ketika melihat berbagai keuntungan dan kemudahan yang diperoleh bagi Bangsawan yang memakai gelar “Andi” didepan namanya, akhirnya setahun kemudian secara serentak seluruh Raja-Raja yang berada di Sulawesi Selatan menggunakan Gelar tersebut didepan namanya masing-masing.
Kelihatannya kita harus membuka lontara antara era pemerintahan La Tenri Tatta Petta To Ri Sompa’e sampai La Mappanyukki khususnya versi Bone karena era itulah terjadi jalinan kerja sama maupun perseteruan antara Raja-Raja di celebes dengan VOC, selain itu orang yang bersangkutan menyaksikan awal penggunaan secara meluas bagi Ana’ Arung juga semakin sukar dicari alias sudah banyak yang berpulang ke Rahmatullah, salah satu pakar yang begitu arif tentang masalah ini adalah Almahrum Tau Ri Passalama’e Anre Gurutta H.A.Poke Ibni Mappabengga (Mantan imam besar mesjid Raya Bone

Versi 4

Gelar Andi, menurut Susan Millar dalam bukunya ‘Bugis Weddings’ (telah diterbitkan oleh Ininnawa berjudul (Perkimpoian Bugis) disinggung bagaimana proses lahirnya gelar Andi itu. Memang, seperti yang disinggung di atas, saat itu Pemerintah Belanda di tahun 1910-1920an ingin memperbaiki hubungan dengan para bangsawan Bugis dengan membebaskan keturunan bangsawan dari kerja paksa. Saat itu muncul masalah bagaimana menentukan seorang berdarah bangsawan atau tidak.
Akibatnya, berbondong-bondonglah warga mendatangi raja dan menegosiasikan diri mereka untuk diakui sebagai bangsawan, karena rumitnya proses itu maka dibuatlah sebuah gelar baru untuk menentukan kebangsawanan seseorang dengan derajat yang lebih rendah. di pakailah kata Andi untuk menunjukkan kebangsawanan seseorang dalam bentuk sertifikat (mungkin sejenis sertifikat yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah lulus dalam kursus montir mobil atau sejenisnya).

Penggunaan Gelar Andi di Setiap Kerajaan Suku Bugis


Penggunaan gelar Andi di setiap kerajaan berbeda-beda. Di Soppeng misalnya hanya menetapkan bahwa gelar Andi adalah bangsawan pada derajat keturunan ketiga, sementara Wajo dan Bone hingga keturunan ketujuh. Dari sumber berikutnya dapat kami uraikan sebagai berikut.

Gelar Kebangsawanan “Datu” adalah gelar yang sudah ada sejak adanya kerajaan Bugis, di Luwu misalnya, semua raja bergelar Datu, dan Datu yang berprestasi bergelar Pajung, jadi tidak semua yang bergelar Datu disebung Pajung. Sama halnya di Bone, semua raja bergelar Arung, tapi tidak semua Arung bergelar Mangkau, hanya arung yang berprestasi bergelar Mangkau. Begitu juga di Makassar atau Gowa, semua bangsawan atau raja-raja bergelar Karaeng, hanya yang menjadi raja di Gowa yang bergelar Sombaiya.

Gelar kebangsawanan lainnya, mengikut kepada pemerintahan atau panggaderen di bawahnya, seperti Sulewatang, Arung, Petta, dan lain-lain. Jadi gelar itu mengikut terhadap jabatan yang didudukinya. Sementara untuk keturunannya yang membuktikan sebagai keturunan bangsawan, di Makassar dipanggil Karaeng. sedang di Bugis dipanggil Puang, dan di Luwu dipanggil Opu. Adapun gelar Andi, pertama-tama yang menggunakannya adalah Andi Mattalatta untuk membedakan antara pelajar dari turunan bangsawan dan rakyat biasa.

Dan gelar Andi inilah yang diikuti oleh turunan bangsawan Luwu, dan Makassar. Jadi di zaman Andi Mattalattalah gelar ini muncul. Gelar “Andi” baru ada setelah era Pemerintah Kolonial Belanda (PKB). Setelah 1905, Sulawesi Selatan benar-benar ditaklukkan Belanda dan terjadi kekosongan kepemimpinan lokal.

Tahun 1920-1930an PKB mencanangkan membentuk Zelf Beestuur (Pemerintah Pribumi/Swapraja) yang dibawahi oleh Controleur (Pejabat Belanda) untuk Onder Afdeling. Namun yang menjadi pertanyaan adalah, jika memang Andi diidentikan dengan Belanda, mengapa pejuang kemerdekaan (Datu Luwu Andi Jemma, Arumpone, Andi Mappanyukki, Ranreng Tuwa Wajo Andi Ninnong) tetap memakai gelar Andi didepan namanya sementara mereka justru menolak dijajah? tapi juga harus diakui bahwa ada juga yang berinisial Andi yang tunduk patuh pada PKB. Nah ini yang kita harus bijak menilai antara gelar dan pilihan personal terhadap kemerdekaan/penjajahan.

Secara umum Bangsawan Bugis berasal dari pemimpin-pemimpin anang/kampung/wanua sebelum datangnya To Manurung/To Tompo. Pimpinan-pimpinan kampung ini yang selanjutnya disebut kalula/arung dengan nama alias/gelar berbeda-beda yang disesuaikan dengan nama kampung/kondisi/perilaku bersangkutan yang dia peroleh melalui pengangkatan/pelantikan oleh sekelompok anang/masyarakat maupun secara kekerasan (peperangan bersenjata) yang selanjutnya diwariskan secara turun-temurun kepada ahli warisnya, kecuali jika dikemudian hari ternyata dia ditaklukkan dan diganti oleh penguasa yang lebih tinggi/kuat.

Sedangkan To Manurung dan To Tompo yang, ‘asal usul’ dan ‘namanya’ kadang-kadang tidak diketahui dan segala kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan yang dimilikinya, oleh sekelompok pimpinan kalula/arung/matoa sepakat untuk mengangkatnya menjadi ketua kelompok dikalangan kalula/arung yang selanjutnya menjadi penguasa/raja yang berarti pula pondasi dasar sebuah kerajaan/negara telah terbentuk –dimana tanah/wilayah, pemimpin/penguasa dan pengakuan dari segenap rakyat sudah terpenuhi.

Penguasa/Raja biasanya kimpoi dengan sesama To Manurung/To Tompo [jika dia 'ada'/muncul tanpa didampingi pasangannya] dan pada tahap awal cenderung mengawinkan anak-anaknya dengan bangsawan lokal yang sudah ada sebelumnya. Ketika kerajaan-kerajaan kecil tadi dalam perkembangannya menjadi kerajaan besar, barulah perkawainan anak antar-kerajaan mulai diterapkan oleh Arung Palakka.

FATIMAH BANRI WE BANRI GAU 1871 – 1895

We Fatimah Banri atau We Banri Gau Arung Timurung menggantikan ayahnya Singkeru’ Rukka Arung Palakka menjadi Mangkau’ di Bone. Dalam khutbah Jumat namanya disebut sebagai Sultanah Fatimah dan digelarlah We Fatimah Banri Datu Citta. Pada tahun 1879 M. kimpoi dengan sepupu satu kalinya yang bernama La Magguliga Andi Bangkung Karaeng Popo, anak dari We Pada Daeng Malele Arung Berru dengan suaminya I Malingkaang KaraengE ri Gowa. Yang menjadi tanda tanya adalah :

Apakah sebelum La Magguliga Andi Bangkung Karaeng Popo masih ada juga yang menggunakan nama/gelar itu sebelumnya? Mengapa kata ‘Andi’ yg digunakan/disepakati sebagai penandaan gelar bagi kaum bangsawan Sulawesi Selatan pada saat itu sampai dengan sekarang? Kenapa bukan Karaeng atau Raden atau Uwak atau dan lain-lain?

Urgensi tata cara pandangan dalam asal-usul Andi itu sebenarnya karena tata cara pandang tergantung nara sumber data yang dimilki, Perbedaan dapat kita lihat sebagai berikut yaitu :

Apabila yg memakai data dari system pemerintahan yang pada proses pendudukan Belanda mungkin ada benarnya bahwa Andi adalah pemberian Belanda, tapi ini akan menimbulkan pertanyaan yaitu : Apakah pemberian nama Andi dimana posisi bangsawan saat itu gampang dan mudah melihat yang mana pro dan anti terhadap Belanda karena baik pro dan anti Belanda semuanya menyandang gelar itu? Lalu apakah contoh yang paling mudah ketika Andi Mappanyukki sebagai tokoh yg mempopulerkan nama Andi merupakan orang anti Belanda?

Dari pertanyaan diatas dapat disimpulkan sementara bahwa kata asal-usul nama Andi adalah pemberian Belanda telah gugur. Apabila data yang mengacu karena istilah penghormatan dari masyarakat luar Bugis atau akhirnya digunakan oleh Belanda terhadap bangsawan Bugis dianggap karena sama sederajat juga ada benarnya dimana yang dulunya istilah Adik adalah Andri menjadi Andi itu sangat relevan karena contoh sangat konkrit adalah sosok Andi Mappanyukki pada sejarah Kronik Van Paser yang namanya disebut hanya La Mappanyukki saja, namun karena banyaknya tetua Bangsawan Wajo hidup di Paser saat itu hingga mengatakan Andri sehingga masyarakat suku-suku Paser, Kutai dayak hingga Banjar sulit menyebutkan dan menyebabkan penyebutan menjadi Andi saja, hal yang sama ketika salah satu Ibukota Kerajan Kutai diberikan nama oleh masyarakat Bugis yang bernama Tangga Arung namun sulit penyebutannya oleh masyarakat setempat menjadi Tenggarong. Ini juga menjadi data akurat bahwa nama Andi adalah aktualisasi perubahan dari Andri yang tidak bisa diucapkan dan akhrinya masuk ke wilayah orang Belanda dimana orang-orang bule baik Belanda, Portugis hingga Inggris sulit menyebut huruf “R”.

Nama Gelar Bugis selain Andi


Di bugis di kenal nama yang menjadi ciri khas gelar kebangsawanan seperti Andi, Baso, Besse atau Tenri. Andi untuk keturunan bangsawan asli yang paling tinggi tingkatannya atau kedua orang tuanya adalah Andi maka secara otomatis maka anaknya juga bergelar Andi sedangkan jika orang tuanya cuma satu maka di beri gelar Baso untuk laki-laki dan Besse untuk perempuan. Tenri biasanya dipakai jika masih keturunan bangsawan. Selain itu sering juga nama-nama tersebut digabung menjadi Andi Baso, Andi Besse, Andi Tenri.

Penggunaan Gelar Andi dalam nama Bugis

  1. Andi Makkarella
  2. Andi Azis
  3. Andi Farida
  4. Andi Maddaremmeng
  5. Andi Makkatengnga
  6. Andi Mappanyukki
  7. Dll

Sejarah gelar Andi masih menjadi polemik karena memiliki cerita sejarah yang cukup panjang. Seiring berkembangnya zaman, pemberian nama Andi tidak sama seperti dahulu. Pemberian Nama Andi sudah banyak dipakai walaupun kedua orang tuanya bukan Andi bahkan ada yang cuma punya kerabat bergelar Andi makanya merekapun memberi nama mereka Andi, biasanya mereka ini adalah mereka yang belum paham struktur dan silsilah serta pemberian nama gelar bangsawan Andi.
Itulah sejarah singkat mengenai asal usul gelar Andi pada masyarakat Bugis. Semoga bermanfaat.

Sumber referensi:
http://www.kaskus.co.id/thread/54d30b3b0f8b461d718b4574/asal-usul-gelar-nama-quotandiquot-masyarakat-bugis-sulawesi-selatan/
1. blogerbugis.blogspot.com
2. rappang.com
3. portalbugis.wordpress.com
4. kompasiana.com
5. anneahira.com

sumber gambar:
http://ruang12berbagi.blogspot.co.id/

Wednesday 19 October 2016

5 Tradisi Berbahaya Yang Masih Dilakukan Dan Memakan Korban

Di era modern ini, beberapa suku bangsa masih melestarikan adat istiadat mereka. Walaupun secara perlahan adat tersebut kadang mulai ditinggalkan. Di indonesia saja, masih bisa kita jumpai beberapa suku bangsa yang masih memegang tradisi mereka.

Beberapa tradisi kadang terlihat aneh, bahkan terlihat mengerikan untuk dilakukan. Namun menurut suku-suku tersebut tradisi yang mereka lakukan memiliki tujuan tersendiri. Misalnya seperti tradisi meminta hujan, persembahan pada dewa dan lain sebagainya.
Berikut dibawah ini adalah beberapa tradisi yang dilakukan untuk tujuan tertentu namun terlihat agak aneh dan kadang mengerikan.

1. Tradisi Mengundang Hujan Desa La Esperanza Meksiko

Tradisi Mengundang Hujan Desa La Esperanza Meksiko

Di Desa Nahua, Negara Bagian Guerrero, Meksiko terdapat tradisi yang dilakukan setiap bulan Mei. Puluhan ibu-ibu berkumpul dan berkelahi di lapangan desa hingga berdarah-darah. Tradisi ini dimulai dengan membentuk lingkaran besar. Setiap desa diwakilkan oleh wanita dan mereka akan berhadapan dengan wakil dari desa lain. Dua wanita dewasa tersebut berhadap-hadapan dan kemudian saling berkelahi. Setiap ada darah muncrat, warga di lingkaran besar akan bersorak. Darah yang terciprat dari perkelahian sengit para ibu itu akan dikumpulkan di ember. Nantinya, ladang akan disirami darah itu demi memanggil hujan yang dipercaya berujung pada panen yang sukses.

Tradisi ini adalah gabungan antara ritual kuno di Meksiko dan Katolik. Namun sebenarnya pihak gereja setempat tidak mendukung tradisi tersebut. Tetapu sebagian warga masih meyakini bahwa tradisi tersebut bertujuan agar Dewa Hujan Tlaloc mau memberkahi hasil tani Desa Nahua. "Tidak ada yang peduli menang kalah. Lebih penting bagi warga agar perkelahian ini menghasilkan banyak darah untuk mengundang hujan"

2. Tradisi Pecahkan Batok Kelapa India

Tradisi Pecahkan Batok Kelapa India

Di India masih ada tradisi yang sedikit terlihat agak berbahaya. Setiap tahun ribuan warga pergi ke sebuah kuil di India selatan untuk melakukan ritual pemecahan batok kelapa menggunakan kepala. Uniknya tradisi ini dilakukan oleh semua kalangan, bahkan anak-anakpun diperbolehkan mengikutinya. Tujuannya adalah sebagai persembahan kepada dewa. Warga yang ingin ikut serta dalam tradisi ini berjongkok dilantai sambil menunggu pendeta kuil menghampiri lalu memecahkan batok kelapa di kepala mereka. Beberapa warga terlihat kesakitan, namun ada juga yang langsung mengumpulkan pecahan batok kelapa sebagai persembahan kepada dewa. Ada seorang wanita menceritakan bahwa dirinya tidak merasakan apa-apa saat ia mengikuti tradisi ini, dia percaya bahwa dewi telah menyelamatkannya dan menghilangkan rasa sakitnya.

Sejarah ritual berawal ketika pendudukan Inggris di India, saat itu Inggris mencoba membuat jalur kereta api melintasi daerah Tamil Nadu, Namun warga menolak rencana Inggris tersebut. Karena penolakan tersebut Inggris mengajukan syarat kepada warga, jika warga bisa memecahkan batu atau batok kelapa menggunakan kepala maka jalur kereta akan dirubah. Sejak saat itu setiap tahunnya hingga sekarang ritual ini dilakukan dan berhasil menarik ribuan pengunjung.

3. Tradisi Gotmar Mela India

Tradisi Gotmar Mela India

Masih di negara India, sejak 300 tahun lalu, dua desa Distrik Ahmednagar, Maharashtra, India, yaitu Pandhurna dan Sawargaon memang selalu bertikai. Letak kedua desa berada di tepi Sungai Jaam. Entah apa awal mulanya, desa tersebut seakan tidak pernah rukun. Oleh karena bentrok antar keduanya, sudah ratusan orang luka-luka dan bahkan ada juga yang meninggal dunia. Akan tetapi, perang itu saat ini sudah tidak ada. Kedua desa telah bersepakat untuk damai. Suasana mencekam telah berganti menjadi sebuah festival untuk mengenang tragedi berdarah tersebut, namanya Gotmar Mela.

Tradisi Gotmar Mela berlangsung di hari kedua Bhadrapad, bulan baru yang biasanya jatuh pada tanggal 23 Agustus hingga 22 September. Masyarakat Pandhurna dan Sawargaon berkumpul di tepi sungai dan mempersenjatai diri mereka dengan batu yang dipersiapkan untuk kegiatan saling lempar batu. Masing-masing desa menjadi satu kelompok. Keduanya memperebutkan bendera yang sebelumnya diikatkan di atas pohon. Masing-masing kelompok harus mengatur strategi agar bisa mendapatkan bendera tersebut. Ini memang tidak mudah, selain letak bendera yang ada di atas pohon, setiap orang yang akan naik akan selalu diganggu oleh anggota kelompok lain. Tentu saja, melempar batu adalah satu-satunya cara agar lawan tidak bisa mengambil bendera.

Karena sangat berbahaya pemerintah setempat telah melarang kegiatan ini berlangsung, tapi masyarakat Pandhurna dan Sawargao tetap saja melanjutkan tradisi mereka. Untuk mengurangi korban, pada tahun 2001 diusulkan batu yang digunakan akan diganti menjadi bola karet, tapi hal tersebut tidak didengarkan oleh kedua desa ini.

4. Tradisi Perang Rocket Chios Yunani

Tradisi Perang Rocket Chios Yunani

Tradisi ini terdengar sedikit modern karena menggunakan kembang api sebagai bahannya. Setiap tahun pada hari Paskah, dua gereja di sebuah pulau kecil bernama Chios, Yunani, menggelar perang kembang api. Kedua gereja itu saling menembakkan ribuan kembang api ke satu sama lain. Dua gereja ortodoks (Saint Mark dan Panagia Erithiani) di kota Vrodandos berusaha memukul lonceng gereja satu sama lain dengan menembakkan kembang api. Warga Vrodandos membutuhkan beberapa bulan untuk mempersiapkan tradisi unik tersebut. Sekitar 150 orang terlibat dalam pembuatan lebih dari 25.000 kembang api tersebut. Tidak semua warga menyukai tradisi berbahaya ini. Kegiatan itu telah menyebabkan beberapa kasus kebakaran dan juga kasus kematian.

Sejumlah warga sudah mulai menyuarakan keprihatinan mereka dan berusaha untuk mendorong dihentikannya tradisi tersebut. Kekhawatiran ini tampaknya tidak terlalu mengganggu mereka yang menyukainya. Pada hari Paskah kemarin, tradisi ini tetap dilaksanakan dan puluhan ribu roket ditembakkan ke udara. Ribuan orang tampak menikmati tradisi itu sembari melihat warna langit yang berkelap-kelip karena efek cahaya kembang api.

Sejarah tradisi ini berawal pada abad ke-19, ketika pulau Chios diduduki oleh Ottoman. Saat itu, orang pribumi di pulau ini memiliki kapal yang dilengkapi dengan meriam untuk melawan bajak laut. Namun, rupanya para warga juga suka menembakkan meriam mereka saat merayakan Paskah. Ketika penjajah Ottoman datang ke pulau itu, mereka menyita meriam warga untuk mencegah pemberontakan. Sebagai gantinya, para warga beralih menembakkan kembang api. Dan tradisi ini tidak pernah berhenti sejak saat itu.

5. Tradisi Onbashira Jepang

Tradisi Onbashira Jepang

Selama 1200 tahun terakhir festival Onbashira di Nagano wilayah Jepang telah secara tradisional dirayakan tanpa terputus. Kata Onbashira harfiah diterjemahkan sebagai ” pilar suci” , melambangkan pembaharuan Suwa Grand Shrine . Ini terdiri dari dua tahap : Yamadashi diterjemahkan sebagai ” keluar dari pegunungan ” yang diselenggarakan pada bulan April seperti untuk Satobiki diadakan pada bulan Mei. Sebelum festival dimulai , 16 batang pohon dipotong dari 200 tahun pohon cemara Jepang. Setiap pohon bisa sampai 1 meter di seberang , 16 meter dan berat sampai 12 ton . Tim pria mempertaruhkan hidup mereka dengan memanjat pada batang dan naik sepanjang jalan menuruni lereng berlumpur , dibutuhkan 3 hari untuk memindahkan batang lebih dari 10 kilometer ke kuil . Batang pohon besar yang beratnya sekitar 7 ton, diluncurkan menuruni lereng dengan sudut kemiringan 40 derajat. Saat batang pohon meluncur, para pria pemberani melompat dan duduk di atasnya. Karena kecepatannya cukup tinggi, beberapa orang terlempar atau tergilas. Di antara mereka ada yang tewas atau cedera karena tertimpa pohon yang sangat berat.

Sumber referensi:

http://www.kaskus.co.id/thread/58058896582b2e9e528b4567/kaskus.co.id/?utm_source=facebook&utm_medium=internalpost&utm_campaign=hotthread