Benjamin Kembong Lisulembang:
Pa'Katik yang di pasang di atas kabongo', itu adalah pertanda bahwa mintu'na sara' mangka nasangmo naolai sia di pogau' tu tongkonan ya to. mangkamo mang rapa'i sia mangkamo merok, ketika sudah ada rencana merok, maka Pa'katik sudah bisa dipasang. sebagai informasi bahwa MEROK adalah pasangan dari MANGRAPA'I.
Sundunpi aluk napogau' tu toma'tongkonan namane bisa umpasang Pa' Katik.
Bentuknya seperti kepala ayam jantan ( Manuk Londong) sampai ke leher
Secara garis besar Maknanya sama dengan Kabongo' Ulu' Maspa Sucyati, karena itu adalah satu kesatuan, sebagai kelengkapan dari status Banua atau Tongkonan Tersebut. sebagai catatan bahwa tidak semua kalangan bisa menggunakan Ornamen ini., dengan kata lain bahwa hanya bangsawan ba'tu to sugi'.
Untuk menggali itu sangat kompleks karena sudah menyangkut dua adat, Rambu Solo' dan Rambu Tuka'. Ma'rapa'i itu aluk Rambu Solo' dan Merok adalah Aluk Rambu Tuka'.RaRa BuKu:
Yatu ku tandainna disanganna Pa'katik..biasa duka nasangai tau Manuk Arae ( Manuk Arae sumber inspirasi passura' Pa'katik ), yapi nah bisa pasangngi tau too...kee ex To Pada Tindo pi...susi to tu biasa kupekutanna lak te'mai Pasurra' lanlu Tonga sia lanlu La'bo' Ba'tam...
Benjamin Kembong Lisulembang:
Untuk pemasangan Pa'Katik tidak hanya to pada Tindo adingku RaRa BuKu. itu adalah bagian dari ukiran toraja pa' manuk londong, namun emang lebih sering d sebut Manuk Rae atau Arae. manuk arae itu adalah ular berkepala Ayam dan ada sampai sekarang masih hidp di beberapa daerah di Toraja.
Sebenarnya kalau yang berhubungan dengan sara' di tongkonan yang paling pertama di laksanakan biasanya Mangrara banua, lalu berikutnya apakah itu Rambu solo' atau rambu tuka' tidak jadi masalah. Jika Merok lebih duluan maka nanti pada saat ada acara Rambu solo' di Tongkonan itu, harus minimal Mangrapa'i atau yang tertinggi Sapu Randanan. jika yang duluan Aluk Rambu Solo' dengan tingkatan yang saya sebutkan tadi maka harus juga di adakan Merok, namane bisa di pasang tu Pa'Katik
Tondok Toraya
Dari infomasi beberapa org parengnge' yg pernah saya wancarai di daerah kesu' ttg katik mengatakan bahwa pada awalnya tidak semua tongkonan dapat dipasangi katik hanya tongkonan yg mempunyai peranan adat di dalam kampung yg dapat menggunakannya. Fungsinya sama dengan A'riri posi' yg ada ditengah rumah (satu2nya tidang yg langsung berhubungan dengan tanah. Jadi menurut mereka persayaratan ritual tidak menjamin bahwa tongkonan tersebut layak menggunakan katik diatas kabongo. Namun sekarang hampir semua tongkonan karena kekayaannya sudah menggunakannya.
Jauh sebelum ada pa'barani To Pada Tindo thn 1683 (kalau gak salah) menurut peneliti2 luar bahwa Katik sudah digunakan pada tongkonan tertentu. Yang aku tahu bahwa makna katik diatas kabongo lebih menjurus kepada sistem kepemimpinan adat. Mungkin ada hubungannya dgn sistem religi orang toraja zaman dahulu namun yang aku tahu segala jenis ritual2 aluk yg dilaksanakan di suatu tongkonan tidak menjamin bahwa tongkonan tersebut layak memakai katik.
Soal motif Katik ada yg mengatakan mirip kepala ayam, ada juga yg mengatakan mirip naga serta ada yg mengatakan itu ARAE sejenis ular yang sangat berbisa. Arae menurut cerita orang2 dulu (nenek2) kalau kena napasnya membuat orang meninggal.
Oh..iya.. menurut pak guru saya yg berasal dari Nanggala dia pernah melihat Arae pada waktu dia masih kecil. Bentuknya mirip ular bertanduk, mempunyai kaki namun gerakannya lincah. Cepat menghilang jika melihat manusia. Namun sekarang spesies tersebut tidak pernah terlihat lagi. Mungkin sudah punah.
0 comments:
Post a Comment