Monday 13 November 2017

KETIKA PENDIDIKAN DIPERTANYAKAN



KETIKA PENDIDIKAN DIPERTANYAKAN

Tragisnya seperti yang anda maklum saat ini, pendidikan konvensional mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi selalu-dan selalu memanjakan otak kiri hingga saat ini. Hanya sepuluh persen (10%) yang mengasa otak kanan, terlebih pendidikan pasca serjana. Pokoknya makin tinggi makin kiri. Cuman pendidikan di taman kanak-kanak yang masih menaruh perhatian, pada otak kanan. (Istilah saya perguruan tinggi itu adalah perguruan kiri dan taman kanak-kanak itu adalah taman kanan-kanan. Entah anda percaya atau tidak itu pilihan anda masing-masing. Hehehehe.


Di gojlok pendidikan kiri selama hampir 20 tahhun tidak dapat dielahkan mayoritas orang menjadi golongan kiri. Cumin segelintir orang menjadi orang kanan. Jadi golongan kanan ini adalah minoritas. Repotnya, pola pikir A sebagai minoritas ini jelas-jelas tidak sejalan pola pikir B sebagai mayoritas.  Si A sebagai minoritas kan cenderung kreatif, imajinatif, intuitif, ( feeling based) implusif, dan lateral. Ujung-ujungnya si A sebagai minoritas selalu dicap sinting oleh si B sebagai mayoritas. Dimana-mana orang sukses itu minoritas dan selalu di cap sinting.


Sekitar 500 tahun sebelum kelahiran Tuhan Yesus atau Isa Al-masih dan menebarkan pengaruh keseluruh dunia, Konfusius telah berkelana dan bersikukuh, “ sebuah gambar setara nilainya dengan seribu kata” seperti biasa konfusius hampir selalu benar, saya perjelas gambar itu kanan kata-kata itu kiri. Saya perjelas satu kali kanan nilainya setara dengan seribu kali kiri. Albert Einstein pun bersekukuh “ imajinasi itu lebih utama dari pada Ilmu pengetahuan” imajinasi itu kanan pengetahuan itu kiri. Saya perjelas kanan itu lebih utama dari pada kiri. Mulai sekarang ubahlah cara berfikir dengan otak kiri ubahlah menjadi orang yang berfikir secara kanan.

0 comments:

Post a Comment